BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan nasional bertujuan
mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia indonesia seutuhnya,
yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan yang maha esa dan berbudi
pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan,kesehatan jasmani dan
rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan.
Untuk mencapai tujuan pendidikan
itu, murid harus berkembang secara optimal dengan kemampuan untuk berkreasi,
mandiri, bertanggung jawab, dan dapat memecahkan masalah-masalah yang
dihadapi. Pendidikan harus membantu bukan hanya mengembangkan kemampuan
intelektualnya, tetapi juga kemampuan mengatasi masalah yang ditemuinya dalam
interaksinya dengan lingkungan.
Sekolah tidak hanya berfungsi
memberikan pengetahuan dalam kegiatan belajar mengajar di kelas, tetapi juga
dapat mengembangkan keseluruan kepribadian anak. Oleh karena itu, guru harus
mengetahui lebih dari sekedar masalah bagaimana mengajar yang efektif. Untuk itu
sebagai calon guru kita perlu mengetahui wawasan dan pemahaman tentang layanan
dan konseling di sekolah.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana hakikat layanan bimbingan
dan konseling di sekolah?
2. Apa
saja tujuan bimbingan di sekolah?
3. Apa
saja peranan
bimbingan dan konseling dalam pembelajaran siswa?
4. Apa saja
Prinsip-prinsip Operasional Bimbingan dan Konseling Sekolah?
1.3 Tujuan
1. Untuk memahami hakikat layanan bimbingan
dan konseling di sekolah.
2. Untuk memahami
tujuan bimbingan di sekolah.
3. Untuk memahami bimbingan dan konseling dalam pembelajaran
siswa.
4.
Untuk memahami Prinsip-prinsip operasional bimbingan
dan konseling di sekolah.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Hakikat Bimbingan dan Konseling
Bimbingan dan konserling merupakan
dua istilah yang sering dirangkaikan bagaikan kata majemuk. Hal itu
mengisyaratkan bahwa kegiatan bimbingan kadang- kadang dilanjutkan dengan
kegiatan konseling. Dengan demikian dalam istilah bimbingan sudah termasuk di
dalamnya kegiatan konseling.
Pendapat
beberapa ahli tentang pengertian bimbingan:
a.
Menurut Jones (1963)
“Guidance is the help given by one person to another in
making choice and adjustments and in solving problems”. Dalam pengertian tersebut terkandung
maksud bahwa tugas pembimbing hanyalah membantu agar individu yang dibimbing
mampu membantu dirinya sendiri, sedangkan keputusan terakhir tergantung kepada
individu yang dibimbing (klien). (Soetjipto & Raflis ,2007:61)
b.
Rochman Natawidjaja (1978)
“Bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada individu
yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami
dirinya sehingga ia sanggup mengarahkan diri dan dapat bertindak wajar sesuai
dengan tuntutan dan keadaan keluarga serta masyarakat. Dengan demikian dia
dapat mengecap kebahagiaan hidupnya serta dapat memberikan sumbangan yang
berarti”.
c.
Bimo Walgito (1982 : 11)
“Bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan
kepada individu atau sekumpulan individu- individu dalam menghindari atau
mengatasi kesulitan- kesulitan di dalam kehidupannya, agar individu atau
sekumpulan individu- individu itu dapat mencapai kesejahteraan hidupnya”.
Dari
beberapa pengertian bimbingan yang dikemukakan oleh banyak ahli itu, dapat
dikemukakan bahwa bimbingan merupakan :
- Suatu proses yang berkesinambungan
- Suatu proses yang membantu individu
- Bantuan yang diberikan dimaksudkan agar individu yang bersangkutan dapat mengarahkan dan mengembangkan dirinya secara optimal sesuai dengan potensinya
- Kegiatan yang bertujuan utama memberikan bantuan agar individu dapat memahami keadaan dirinya dan mampu menyesuaikan dengan lingkungannya (Soetjipto & Raflis ,2007:62)
Pendapat
beberapa ahli tentang pengertian konseling :
a.
James P. Adam
“Konseling adalah suatu pertalian timbal balik antara dua
orang individu dimana yang seorang (konselor) membantu yang lain (konseli)
supaya dia dapat lebih baik memahami dirinya dalam hubungannya dalam masalah
hidup yang dihadapinya pada waktu itu dan pada waktu yang akan datang”.
b.
Bimo Walgito (1982;11)
“Konseling adalah bantuan yang diberika kepada individu
dalam memecahkan masalah kehidupannya dengan wawancara, dengan cara-cara yang
sesuai dengan keadaan individu yang dihadapi untuk mencapai kesejahteraan
hidupnya”.
Dari
beberapa pengertian bimbingan yang dikemukakan oleh banyak ahli itu, dapat
dikemukakan bahwa konseling memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
- Pada umumnya dilakukan secara individual
- Dilakukan dalam suatu perjumpaan tatap muka
- Dibutuhkan orang yang ahli untuk melakukan konseling
- Tujuan pembicaraan dalam proses konseling ini diarahkan untuk memecahkan masalah yang dihadapi klien
- Klien yang menerima pelayanan akhirnya mampu memecahkan masalahnya dengan kemampuannya sendiri. (Soetjipto & Raflis ,2007:63)
2.2
Tujuan Bimbingan di Sekolah
Bila tujuan pendidikan pada akhirnya
adalah pembentukan manusia yang utuh, maka proses pendidikan harus dapat
membantu siswa mencapai kematangan emosional dan sosial, sebagai individu dan
anggota masyarakat selain mengembangkan kemampuan inteleknya. Bimbingan dan
konseling menangani masalah-masalah atau hal-hal di luar bidang garapan
pengajaran, tetapi secara tidak langsung menunjang tercapainya tujuan
pendidikan dan pengajaran di sekolah itu. Kegiatan ini dilakukan melalui
layanan secara khusus terhadap semua siswa agar dapat mengembangkan dan
memanfaatkan kemampuannya secara penuh (Mortensen & Schemuller, 1969).
Kehadiran konselor di sekolah dapat
meringangkan tugas guru (Lundquist dan Chamely yang dikutip oleh Belkin, 1981).
Mereka menyatakan bahwa konselor ternyata sangat membantu guru, dalam hal:
- Mengembangkan dan memperluas pandangan guru tentang masalah efektif yang mempunyai kaitan erat dengan profesinya sebagai guru
- Mengembangkan wawasan guru bahwa keadaan emosionalnya akan mempengaruhi proses belajar mengajar
- Mengembangkan sikap yang lebih positif agar proses belajar siswa lebih efektif
- Mengatasi masalah-masalah yang ditemui guru dalam melaksanakan tugasnya.
Konselor dan guru merupakan suatu
tim yang sangat penting dalam kegiatan pendidikan. Keduanya dapat saling
menunjang terciptanya proses pembelajaran yang lebih efektif. Oleh karena itu,
kegiatan bimbingan dan konseling, tidak dapat dipisahkan dengan kegiatan sekolah.
Layanan bimbingan sangat dibutuhkan
agar siswa-siswa yang mempunyai masalah dapat terbantu, sehingga mereka dapat
belajar lebih baik. Dalam kurikulum SMA tahun 1975 Buku III C dinyatakan bahwa
tujuan bimbingan di sekolah adalah membantu siswa:
- Mengatasi kesulitan dalam belajarnya, sehingga memperoleh prestasi belajar yang tinggi
- Mengatasi terjadinya kebiasaan-kebiasaan yang tidak baik yang dilakukannya pada saat proses belajar mengajar berlangsung dan dalam hubungan sosial
- Mengatasi kesulitan-kesulitan yang berkaitan dengan kesehatan jasmani
- Mengatasi kesulitan-kesulitan yang berkaitan dengan kelanjutan studi
- Mengatasi kesulitan-kesulitan yang berhubungan dengan perencanaan dan pemilihan jenis pekerjaan setelah mereka tamat.
2.3 Peranan Bimbingan dan Konseling Dalam Pembelajaran Siswa
Dalam proses pembelajaran siswa
setiap guru mempunyai keinginan agar semua siswanya dapat memperoleh hasil
belajar yang baik dan memuaskan. Harapan tersebut seringkali kandas dan tidak
bisa terwujud, karena banyak siswa tidak seperti yang diharapkan. Maka sering
mengalami berbagai macam kesulitan dalam belajar. Sebagai petanda bahwa siswa
mengalami kesulitan dalam belajar dapat diketahui dari berbagai jenis gejalanya
seperti dikemukakan Abu Ahmadi (1977) sebagai berikut :
- Hasil belajarnya rendah, dibawah rata-rata kelas
- Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukannya.
- Menunjukkan sikap yang kurang wajar, suka menentang, dusta, tidak mau menyelesaikan tugas-tugas dan sebagainya.
- Menunjukkan tingkah laku yang berlainan seperti suka membolos, suka mengganggu dan sebagainya.
Dalam kondisi sebagaimana
dikemukakan diatas, maka bimbingan dan konseling dapat memberikan layanan dalam
(1) bimbingan belajar, (2) bimbingan sosial, (3) bimbingan dalam mengatasi
masalah-masalah pribadi.
Bimbingan belajar
Bimbingan ini dimaksudkan untuk
mengatasi masalah-masalah yang berhubungan dengan kegiatan belajar baik
di sekolah maupun di luar sekolah. Bimbingan ini antara lain meliputi:
- Cara belajar, baik secara kelompok ataupun individual
- Cara bagaimana merencanakan waktu dan kegiatan belajar
- Efisiensi dalam menggunakan buku-buku pelajaran
- Cara mengatasi kesulitan-kesulitan yang berkaitan dengan mata pelajaran tertentu
- Cara, proses dan prosedur tentang mengikuti pelajaran
Di samping itu Winkel (1978)
mengatakan bahwa layanan bimbingan dan konseling mempunyai peranan penting
untuk membantu siswa, antara lain dalam hal:
- Mengenal diri sendiri dan mengerti kemungkinan-kemungkinan yang terbuka lagi mereka, baik sekarang maupun yang akan datang
- Mengatasi masalah pribadi yang mengganggu belajarnya. Misalnya masalah hubungan muda-mudi, masalah ekonomi, masalah hubungan dengan orang tua/keluarga dan sebagainya.
Bimbingan sosial
Dalam proses belajar dikelas siswa
juga harus mampu menyesuaikan diri dengan kehidupan kelompok. Bimbingan sosial
ini dimaksudkan untuk membantu siswa dalam memecahkan dan mengatasi
kesulitan-kesulitan yang berkaitan dengan masalah sosial, sehingga terciptalah
suasana belajar mengajar yang kondusif. Menurut Abu Ahmadi (1977) bimbingan
sosial ini dimaksudkan untuk :
- Memperoleh kelompok belajar dan bermain yang sesuai
- Membantu memperoleh persahabatan yang sesuai
- Membantu mendapatkan kelompok sosial untuk memecahkan masalah tertentu
Bimbingan dalam mengatasi masalah-masalah pribadi
Bimbingan dimaksudkan untuk membantu
siswa dalam mengatasi masalah-masalah pribadinya, yang dapat mengganggu
kegiatan belajarnya. Siswa yang mempunyai masalah dan belum dapat diatasi/
dipecahkannya, akan cenderung mengganggu konsentrasinya dalam belajar,
akibatnya prestasi belajar yang dicapai rendah. Dalam kurikulum SMA tahun 1975
buku III C tentang pedoman bimbingan dan penyuluhan. Menurut Ibu St. Raf’ah ada
beberapa masalah pribadi yang memerlukan bantuan konseling yaitu masalah akibat
konflik antara lain :
- Perkembangan intelektual dengan emosionalnya
- Bakat dengan aspirasi lingkungannya
- Kehendak siswa dengan orang tua atau lingkungannya
- Kepentingan siswa dengan orang tua atau lingkungannya
- Situasi sekolah dengan situasi lingkungan
- Bakat pendidikan yang kurang bermutu dengan kelemahan/keengganan mengambil pilihan.
Masalah-masalah pribadi ini juga
sering ditimbulkan oleh hubungan muda-mudi. Selanjutnya juga dikemukakan oleh
Downing (1968) bahwa layanan bimbingan di sekolah sangat bermanfaat, terutama
membantu :
- Menciptakan suasana hubungan sosial yang menyenangkan
- Menstimulasi siswa agar mereka meningkatkan partisipasinya dalam kegiatan belajar mengajar
- Siswa agar dapat menciptakan atau mewujudkan pengalaman belajarnya itu penuh arti
- Meningkatkan motivasi belajar siswa
- Menciptakan dan menstimulasi tumbuhnya minat belajar.
Landasan Bimbingan dan Konseling
Pemberian layanan bimbingan dan
konseling pada hakekatnya selalu di didasarkan atas landasang-landasan utama
dan prinsip-prinsip dasar. Hal ini berupa keyakinan-keyakinan yang pada
akhirnya dapat mewarnai seluruh kegiatan bimbingan dan konseling. Menurut Winkel
(1991) landasan-landasan itu adalah sebagai berikut:
- Bimbingan selalu memperhatikan perkembangan siswa sebagai individu yang mandiri dan mempunyai potensi untuk berkembang
- Bimbingan berkisar pada dunia subyektif masing-masing individu
- Kegiatan bimbingan dilaksanakan atas dasar kesepakatan antara bimbingan dengan yang dibimbing
- Bimbingan berdasarkan pengakuan akan martabat dan keluhuran individu yang dibimbing sebagai manusia yang mempunyai hak-hak asasi (human rights).
- Bimbingan adalah suatu kegiatan yang bersifat ilmiah yang mengintegrasikan bidang-bidang ilmu yang berkaitan dengan pemberian bantuan psikologis
- Pelayanan ditujukan kepada semua siswa, tidak hanya untuk individu yang bermasalah saja.
- Bimbingan merupakan suatu proses, yaitu berlangsung secara terus menerus, berkesinambungan, berurutan dan mengikuti tahap-tahap perkembangan anak.
2.4 Prinsip-prinsip Operasional Bimbingan dan Konseling
Sekolah
a. Prinsip-prinsip umum
Dalam
prinsip umum ini dikemukakan beberapa acuan umum yang mendasari semua kegiatan
bimbingan dan konseling. Prinsip-prinsip umum ini antara lain:
- Karena bimbingan itu berhubungan dengan sikap dan tingkah laku dan individu, perlu diingat bahwa sikap dan tingkah laku individu itu terbentuk dari segala aspek kepribadian yang unik dan ruwet, sikap dan tingkah laku tersebut dipengaruhi oleh pengalaman-pengalamannya. Oleh karena itu dalam pemberian layanan perlu dikaji kehidupan masa lalu klien yang diperkirakan mempengaruhi timbulnya masalah tersebut.
- Perlu dikenal dan dipahami perbedaan individual daripada individu-individu
- Bimbingan diarahkan kepada bantuan yang diberikan supaya individu yang bersangkutan mampu membantu atau menolong dirinya sendiri dalam menghadapi kesulitan-kesulitannya
b. Prinsip-prinsip yang berhubung dengan individu
yang dibimbing (siswa)
- Program bimbingan harus berpusat pada siswa. Program yang disusun harus berdasarkan kebutuhan siswa. Oleh sebab itu sebelum penyusunan program bimbingan perlu dilakukan analisis kebutuhan siswa tersebut.
- Pelayan bimbingan harus dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan individu yang bersangkutan secara serba ragam dan serba luas
- Keputusan terakhir dalam proses bimbingan ditentukan oleh individu yang dibimbing. Dalam pelaksanaan bimbingan, pembimbingan tidak boleh memaksakan kehendaknya kepada individu yang dibimbing. Peranan pembimbing hanya memberikan arahan-arahan serba berbagai kemungkinannya, dan keputusan mana yang akan diambil diserahkan sepenuhnya kepada individu yang dibimbing. Dengan demikian klien mempunyai tanggung jawab penuh keputusan yang diambilnya itu
- Individu yang mendapat bimbingan harus berangsur-angsur dapat membimbing dirinya sendiri. Hasil pemberian layanan diharapkan tidak hanya berguna pada waktu pemberian layanan itu saja, tetapi jika individu mengalami masalah yang sama di kemudian hari ia akan dapat mengatasinya sendiri, sehingga tingkat ketergantungan individu kepada pembimbing semakin berkurang.
c. Prinsip-prinsip khusus yang berhubungan
dengan individu yang memberikan bimbingan
Konselor di adalah dipilih atas
dasar kualifikasi kepribadian, pendidikan, pengalaman dan kemampuannya. Karena
pekerjaan bimbingan itu tidak dapat dilakukan oleh semua orang dengan demikian
orang yang bertugas sebagai pembimbing di sekolah harus dipilih atas
dasar-dasar tertentu, misalnya kepribadian, pendidikan, pengalaman dan
kemampuannya di kualifikasi tersebut dapat mendukung keberhasilan pembimbing
dalam melaksanakan tugasnya baik masalah-masalah yang dalam pemecahannya
memerlukan dukungan pengalaman pembimbing, keluasan wawasan maupun kemampuan
lainnya.
Asas Kerahasiaan
Asas ini mempunyai makna yang sangat
penting dalam layanan bimbingan dan konseling. Mungkin tidak terlalu berlebihan
bilamana asas ini disebut dengan asas “ kunci” dalam pemberian layanan
tersebut. Sebagian keberhasilan layanan bimbingan banyak ditentukan oleh asas
ini, sebab klien akan mau membukakan keadaan dirinya sampai dengan masalah
–masalah yang sangat pribadi, apabila ia yakin bahwa konselor dapat menyimpan
rahasianya. Dengan adanya keterbukaan dari klien akan memberikan
kemudahan-kemudahan bagi konselor menemukan sumber penyebab timbulnya
masalah. Selanjutnya dapat mempermudah pula mencari atau mendapatkan jalan atau
pemecahan masalah oleh klien tersebut.
Asas
Keterbukaan
Konselor harus berusaha untuk menciptakan suasana
keterbukaan dalam membahas masalah yang dialami klien. Klien terbuka
menyampaikan perasaan pikiran dan keinginannya yang diperkirakan sebagai
sumber timbulnya permasalahan. Klien merasa bebas mengutarakan permasalahannya
dan konselor pun dapat menerima dengan baik. Konselor juga terbuka dalam
memberikan tanggapan yang dikemukakan terhadap hal-hal yang dikemukakan oleh
klien. Namun demikian suasana keterbukaan ini sulit terwujud bilamana
asas kerahasiaan tidak dapat dilaksanakan dengan baik. Oleh karena itu, asas
kerahasiaan akan sangat mendukung terciptanya keterbukaan klien dalam
menyampaikan persoalannya.
Asas Kesukarelaan
Koselor mempunyai peran utama dalam mewujudkan asas
kesukarelaan ini konselor harus mampu mencerminkan asas ini dalam menerima
kehadiran klien. Bilamana konselor tidak siap menerima kehadiran klien karena
satu dari lain hal, seperti tidak cukup waktu untuk berkonsultasi yang
disebabkan oleh waktu yang lain, badan yang tidak enak, sedang punya masalah
yang agak serius. Kondisi konselor yang demikian dapat menyebabkan asas
kesukarelaan ini tidak terwujud, kalau mereka paksakan untuk konsultasi.
Sebaliknya bila klien tidak mau dengan sukarela mengemukakan permasalahannya,
maka konsultasi itu tidak mungkin berlangsung secara efektif. Hal ini bisa
terjadi mungkin disebabkan kesan klien yang kurang baik terhadap konselornya
sehingga maslah-masalah yang dihadapi enggan disampaikan kepada konselor.
Asas kegiatan
Usaha layanan bimbingan dan konseling yaitu terwujudnya
perubahan dalam diri klien, yaitu perubahan tingkah laku kearah yang lebih baik
sesuai dengan sifat keunikanya manusia maka konselor harus memberikan layanan
seirama dengan perubahan-perubahan yang ada pada diri klien. Perubahan itu
tidak hanya sekedar berupa pengulangan-pengulangan yang monoton, melainkan
perubahan menuju suatu kemajuan.
asas kedinamisan
Asas layanan bimbingan dan konseling yaitu terwujudnya
perubahan dalam diri klien, yaitu perubahan tingkah laku kearah yang baik.
Sesuai dengan sifat keunikannya manusia maka konselor harus memberikan layanan
seirama dengan perubahan-perubahna yang ada pada diri klien. Perubahan itu
tidak hanya sekedar berupa pengulangan-pengulangan yang monoton, melainkan
perubahan menuju suatu kemajuan.
Asas Keterpaduan
Kepribadian klien merupakan suatu organisasi dari berbagai
macam aspek. Dalam memberikan layanan pada klien, hendaknya selalu
memperhatikan aspek-aspek kepribadian klien yang diarahkan untuk mencapai
keharmonisan atau keterpaduan. Bila terwujud keterpaduan aspek-aspek ini akan
menimbulkan masalah baru.
Disamping keterpaduan layanan yang diberikan, konselor harus
juga memperhatikan keterpaduan isi dan proses layanan yang diberikan jangan
sampai terjadi timbulnya keserasian atau pertentangan dengan aspek layanan
lainnya.
Asas kenormatifan
Maksud dari asas ini adalah usaha layanan bimbingan dan
konseling yang dilakukan itu hendaknya tidak bertentangan dengan norma-norma
yang berlaku, sehingga tidak terjadi penolakan bagi individu-individu yang
bimbing baik penolakan dalam prosesnya maupun saran-saran atau keputusan yang
bahas dalam konseling.
Asas konseling
pelayanan bimbingan konseling adalah bersifat profesional,
oleh karena itu, tidak mungkin dilaksankana oleh orang-orang yang tidak didik
atau dilatih atau dipersiapkan untuk itu. Pelayanan konseling menuntut suatu
keterampilan khusus, maka konselor harus benar-benar terlatih untuk itu,
sehingga layanan tersebut benar-benar profesional
Asas alih tangan
asas ini dimaksudkan untuk menghindari terjadinya pemberian
layanan yang tidak tepat. Konselor bukan tenaga yang serba bisa dan serba tahu,
sehingga dalam memberikan pelayanan ia perlu membatasi diri sesuai dengan
keahliannya. Bila ditemukan masalah-masalah klien tersebut diluar bidang
keahliannya. Maka konselor hendaknya segera mengalihtangankan kepada yang
lain. setiap masalah hendaknya ditangani oleh ahli yang berwenang untuk itu.
Asas Tutwuri Handayani
setelah klein mendapatkan layanan, hendaknya klien merasakan
bahwa layanan tersebut tidak hanya pada saat klien mengemukakan persoalannya
diluarlayanan pun hendaknya makna bimbingan dan konseling tetap dirasakan, dan
terciptalah hubungan yang harmonis antara konselor dan klien. Klien hendaknya
merasa terbantu dan merasa aman atas pemberian layanan.
Orientasi Layanan bimbingan dan Konseling
Orientasi individual
Pada
hakekatnya setiap individu itu mempunyai perbedaan satu sama lainnya.
Perbedaan itu dapat bersumber dari latar belakang pengalamannya, pendidikan,
sifat-sifat kepribadian yang dimiliki an sebagainya. Menurut Willer Man (1979)
anak kembar satu telur pun juga mempunyai perbedaan apalagi dibesarkan dalam
lingkungan berbeda. Ini dibuktikan bahwa kondisi lingkungan juga ikut andil
terjadinya perbedaan individu. Taylor (1956) juga menyatakan kelas sosial dapat
menimbulkan perbedaan individu.
Perbedaan
latar belakang kehidupan individu ini dapat mempengaruhi dalam cara berpikir,
cara berperasaan dan cara menganalisis masalah dalam layanan bimbingan dan
konseling hal ini harus menjadi perhatian besar.
Orientasi perkembangan
Masing-masing
individu berada pada usia perkembangannya. Setiap usaha perkembangan yang
bersangkutan mampu mewujudkan tugas-tugas perkembangan itu. Sebagai contoh
dapat dikemukakan tugas-tugas masa remaja menurut Havighurts yang dikutip oleh
Hurlock (1980) antara lain :
- Mampu mengadakan hubungan-hubungan baru dan lebih matang dengan teman sebaya baik laki-laki maupun perempuan
- Dapat berperan sosial yang sesuai, baik peranannya sebagai laki-laki atau sebagai perempuan
- Menerima keadaan fisik serta dapat memanfaatkan kondisi fisiknya dengan baik
- Mampu menerima tanggung jawab sosial dan bertingkah laku sesuai dengan tanggung jawab sosial.
- Tidak tergantung secara emosional pada orang tua atau orang dewasa lainnya.
Orientasi masalah
Pelayanan
bimbingan dan konseling harus menekankan penanganannya pada masalah yang sedang
dihadapi oleh klien. Konselor jangan sampai terperangkap kepada masalah-masalah
lain yang tidak dikeluhkan oleh klien. Hal ini identik dengan ‘asas kekinian’
(Priyatno, 1985). Artinya pembahasan masalah difokuskan pada masalah yang saat
ini (saat berkonsultasi) dirasakan oleh klien.
Menurut
ibu Harnawati ada 12 masalah yang harus di layani oleh guru BK sebagai konselor
adalah :
- Pembimbing/ konselor dapat menguasai dirinya dalam arti kata berusaha untuk mengerti kekurangan-kekurangannya dari prasangka-prasangka yang ada pada dirinya yang dapat mengakibatkan rendahnya mutu layanan yang akan diberikan serta merugikan klien
- Pembimbing/ konselor mempunyai serta memperlihatkan sifat-sifat rendah hati, sederhana, sabar, tertib dan percaya pada paham hidup sendiri.
- Pembimbing/ konselor terbuka terhadap saran atau pandangan yang diberikan padanya, dalam hubungannya dengan ketentuan-ketentuan tingkah laku profesional sebagaimana dikemukakan dalam kode etik bimbingan dan konseling
- Pembimbing/ konselor memiliki sifat tanggung jawab baik terhadap lembaga dan orang-orang yang dilayani, maupun terhadap profesinya.
- Pembimbing/ konselor mengusahakan mutu kerjanya setinggi mungkin dalam hal ini dia tidak perlu menguasai keterampilan dan menggunakan teknik-teknik dan prosedur-prosedur khusus yang dikembangkan atas dasar ilmiah
- Pembimbing/ konselor menguasai pendidikan dasar yang memadai tentang hakekat dan tingkah laku orang, serta tentang teknik dan prosedur layanan bimbingan guna dapat memberikan layanan yang sebaik-baiknya
- Seluruh catatan tentang diri klien merupakan informasi yang bersifat rahasia, dan pembimbing menjaga kerahasiaan ini. Data ini hanya dapat disampaikan kepada orang yang berwenang menafsirkannya dan menggunakannya dan hanya dapat diberikan atas dasar persetujuan klien.
- Sesuatu tes hanya boleh diberikan oleh petugas yang berwenang menggunakan dan menafsirkannya hasilnya
- Testing psikologi baru boleh diberikan dalam penanganan kasus dan keperluan lain yang membutuhkan data tentang sifat atau diri kepribadian seperti taraf inteligensi, minat, bakat dan kecenderungan-kecenderungan dalam diri pribadi seseorang.
- Data hasil tes psikologis harus diintegrasikan dengan informasi lainnya yang diperoleh dari sumber lain, serta harus memperlakukannya setaraf dengan informasi lainnya itu.
- Konselor memberikan orientasi yang tepat pada klien mengenai alasan digunakannya tes psikologi dan apa hubungan dengan masalahnya
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
1) Hakekat Bimbingan:
a)
Suatu
proses yang berkesinambungan
b)
Suatu
proses yang membantu individu
c)
Bantuan
yang diberikan dimaksudkan agar individu yang bersangkutan dapat mengarahkan
dan mengembangkan dirinya secara optimal sesuai dengan potensinya
d)
Kegiatan
yang bertujuan utama memberikan bantuan agar individu dapat memahami keadaan
dirinya dan mampu menyesuaikan dengan lingkungannya (Soetjipto & Raflis
,2007:62)
2) Ciri-ciri Konseling:
a) Pada umumnya dilakukan secara
individual
b) Dilakukan dalam suatu perjumpaan
tatap muka
c) Dibutuhkan orang yang ahli untuk
melakukan konseling
d) Tujuan pembicaraan dalam proses
konseling ini diarahkan untuk memecahkan masalah yang dihadapi klien
e) Klien yang menerima pelayanan
akhirnya mampu memecahkan masalahnya dengan kemampuannya sendiri. (Soetjipto
& Raflis ,2007:63)
3)
Tujuan
bimbingan dan konseling adalah untuk
menangani masalah-masalah atau hal-hal di luar bidang garapan
pengajaran, tetapi secara tidak langsung menunjang tercapainya tujuan
pendidikan dan pengajaran di sekolah agar dapat membantu siswa mencapai
kematangan emosional dan sosial, sebagai individu dan anggota masyarakat selain
mengembangkan kemampuan inteleknya.
4)
Dalam
kondisi tertentu siswa akan mengalami kesulitan belajar karena masalah-masalah.
Karena itu, maka bimbingan dan konseling dapat memberikan layanan dalam (1)
bimbingan belajar, (2) bimbingan sosial, (3) bimbingan dalam mengatasi
masalah-masalah pribadi, untuk membantu siswa dalam menyelesaikan masalahnya.
5)
Prinsip-prinsip
operasional bimbingan dan konseling di sekolah:
a. Prinsip-prinsip
umum
b. Prinsip-prinsip
yang berhubung dengan individu yang dibimbing (siswa)
c. Prinsip-prinsip
khusus yang berhubungan dengan individu yang memberikan bimbingan
3.2
Saran
Sebenarnya
kehadiran bimbingan dan konseling di sekolah sejatinya adalah untuk membantu
siswa dalam mengatasi masalah-masalah belajarnya. Tapi pada kenyataannya sampai
sekarang yang terjadi justru sebaliknya, justru istilah bimbingan dan konseling
(BK) tersebut yang selalu menjadi momk dalam belajar kareda ditakuti. Karena
itu sudah tugas seorang calon guru untuk memahami hakikat BK untuk kemudian
diajarkan secara benar pada anak didik agar tidak terjadi salah prsepsi lagi.
DAFTAR
PUSTAKA
Ahmadi,
Abu. 1977. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Semarang Toha Putra
Arios, Dewi.2013.Tujuan dan Fungsi BK, online http://klik-bk.blogspot.com/2013/01/tujuan-fungsi-bimbingan-belajar-dan_31.html, akses 4 Maret 2014
Soetjipto; Raflis Kosasi.2007.Profesi
Keguruan. Jakarta:Rineka Cipta
Sucipto
dkk. 1994. Profesi Keguruan. IKIP Ujung Pandang
0 komentar:
Posting Komentar