BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Banyak sekali berbagai macam seni dimuka bumi ini, baik yang baru saja
tercipta hingga yang telah berumur ratusan bahkan ribuan tahun, candi salah
satunya. Candi merupaka peninggalan sejarah yang memiliki nila kehidupan sangat
tinggi, termasuk nilai seninya. Candi pada dasarnya memiliki berbagai macam
fungsi yang ber[eran penting dalam kehidupan dimasa lampau. Candi memiliki
berbagai macam bentuk dan jenis yang dipengaruhi oleh faktor-faktor yang
beragam, dan bila diamati dengan sungguh-sungguh maka kita akan menjadi semakin
tertarik untuk meneliti dan mengetahui ada apa dibalik keberadaan candi
tersebut serta melestarikan peninggalan tersebut.
Indonesia yang memiliki sejarah nan luhur dan agung memiliki banyak
sekali peninggalan sejarah, khususnya candi. Di daerah Jawa Timur khususnya,
memiliki beberapa candi yang cukup menarik perhatian pihak sejarawan dan
masyarakat untuk meneliti atau sekedar melihat peninggalan sejarah ini. Akan
tetapi disisi lain masih abanyak orang-orangmkurang bertanggung jawab yang
tidak peduli terhadap keberadaan candi tersebut dan hanya menilainya dari segi
ekonomu.
Candi penataran yang terletak didaerah Blitar adalah komplek percandian
terbesar di daerah Jawa Timur. Candi ini sudah cukup mendapat perhatian
masyarakat luas, banyak orang yang telah mengunjungi Candi ini baik untuk
melakukan study atau sekedar berwisarta bersama orang-orang terdekat mereka.
Dari hari kehari pengunjung dari candi penataran semakin meningkat dan beragam,
tak jarang orang dari luar negeri pun tertarik untuk melihat betapa indahnya
warisan leluhur indonesia ini.
Untuk itu kami sebagai pelajar sekaligus penerus bangsa memiliki tugas
untuk melestarikan peninggalan-peninggalan leluhur tersebut. Sebab masih ada
beberapa peninggalan yang belum dilestarikan secara terorganisir, sehingga
ditakutkan peninggalan tersebut akan terlupakan atau bahkan hilang dan tidak
dapat dinikmati oleh generasi yang akan datang. Seiring dengan proses
penyusunan laporan ini, kami semakin mengerti kenapa kami diberikan tugas ini.
Kami harus bisa menarik perhatian dari msayarakat luas, khusunya kaum muda dan
akademis, sebab kelak penerus bangsa inilah yang meneruskan pelestarian warisan
leluhur ini. Selain itu kami hendak memberikan wawasan tentang Candi Penataran
yang mana dalam relief-reliefnya terkandung makna yang besar dan diharapkan
wawasan tentang candi penataran dapat menjadi awal bagi pembaca untuk ikut
serta dalam pelestarian peninggalan sejarah.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Bagaimana deskripsi objek pariwisata?
2.
Daya tarik apa yang dimiliki objek
pariwisata?
3.
Bagaimana keterkaitan sektor-sektor
dalam pariwisata?
4.
Cocok dikembangkan menjadi pariwisata
apa?
5.
Apa kelebihan dan kekurangan objek
pariwisata?
6.
Apa solusi dan masalah yang ada pada
objek pariwisata?
1.3 Tujuan
1.
Untuk mengetahui deskripsi objek
pariwisata.
2.
Untuk mengetahui daya tarik apa yang
dimiliki objek pariwisata.
3.
Untuk mengetahui keterkaitan
sektor-sektor dalam pariwisata?
4.
Untuk mengetahui cocok dikembangkan
menjadi pariwisata apa?
5.
Untuk mengetahui kelebihan dan
kekurangan objek pariwisata?
6.
Untuk mengetahui solusi dan masalah yang
ada pada objek pariwisata?
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Deskripsi Objek Pariwisata
Kompleks
Candi Penataran adalah gugusan beberapa bangunan yang membujur dalam poros
barat laut-tenggara. Di belakang candi utama di sisi timur terdapat sungai yang
berhulu di gunung Kelud. Kompleks candi ini disusun dalam pola linear, beberapa
candi perwara dan balai pendopo terletak di depan candi utama. Tata letak ini
berbeda dengan candi pada langgam Jawa Tengah, misalnya Candi
Sewu,
yang disusun dalam pola mandala
konsentrik dengan candi utama terletak di tengah halaman candi dikelilingi
barisan candi perwara. Pola susunan linear dengan pola agak tidak beraturan
pada candi Penataran ini merupakan ciri khas langgam Jawa Timur yang berkembang
pada zaman Kediri hingga Majapahit, lalu dilanjutkan pada pola tata letak Pura
Bali.
Candi Penataran merupakan
satu-satunya candi terluas di Jawa Timur. Lokasinya terletak di desa Penataran,
kecamatan Nglegok, Blitar. Tepatnya di lereng barat daya Gunung Kelud pada
ketinggian 450 meter di atas permukaan air laut. Untuk sampai di lokasi
percandian dapat ditempuh dari pusat kota Blitar ke utara yaitu ke jurusan
makam Bung Karno. Jarak antara kota dan sampai lokasi diperkirakan 12 Km.
Apabila ditempuh dari kota Blitar, setelah mencapai 10 Km, setelah sampai di
pasar desa Nglegok, kemudian diteruskan sampai pasar Penataran kemudian belok
kiri menuju ke percandian. Dari pertigaan pasar Penataran sampai ke lokasi
hanya tinggal 300 meteran. Bagi pengunjung yang datang dari Malang dapat
ditempuh lewat pertigaan desa Garum kemudian belok kanan sejauh lebih kurang 5
Km sudah sampai di lokasi percandian.
Gambar:
Candi Penataran
Jumlah pengunjung candi Penataran
tergolong tinggi. Menurut catatan jumlah pengunjung rata-rata dalam satu bulan
mencapai sekitar 20.000 sampai 25.000 orang. Itu merupakan suatu jumlah yang
cukup besar jika dibandingkan dengan pengunjung candi yang lain. Setiap
wisatawan seperti diwajibkan untuk mampir ke Candi Penataran dan rasanya belum
sah jika berwisata ke Jawa Timur tanpa mampir ke Candi Penataran. Mereka
tertarik dengan kekunikan dari candinya sendiri, yang bisa menjadi obyek
pemotretan, sumber inspirasi bagi para seniman dan sebagai lahan bagi para
pedagang kecil untuk menjajakan makanan atau cindera mata penitipan kendaraan
maupun pemandu wisata hingga biro transportasi.
Candi Penataran termasuk dalam
monumen mati (dead monument) artinya tidak ada kaitannya lagi dengan
kepercayaan yang dianut masyarakat dewasa ini. Bangunan candi tidak berfungsi
lagi sebagai tempat ibadah atau sebagai tempat semedi melainkan sebagai tempat
wisata. Para pengnjung yang datang dalam rangka menikmati seni dan budaya dari
kekunoan dan ilmu pengetahuan. Kini 800 tahun lebih telah berlalu, komplek
Candi Penataran masih tegak berdiri di tempat semula dengan penuh keanggunan
dan kemegahan.
2.2
Daya Tarik yang dimiliki Objek Pariwisata
1.
Keindahan Kompleks Candi Penataran
Kompleks bangunan Candi Penataran
menempati areal tanah seluas 12.946 meter persegi berjajar membujur dari barat
laut ke timur dan tenggara. Seluruh halaman komplek percandian kecuali yang
bagian tenggara dibagi menjadi tiga bagian, yang dipisahkan oleh dua dinding.
Untuk lebih mudahnya dalam memahami kompek Candi Penataran, bagian-bagian dari
Candi Penataran disebut halaman depan, halaman tengah, dan halaman belakang.
Susunan dari komplek Candi Penataran yang sangat unik dan tidak tersusun
simetris. Hal ini mengambarkan bahwa pembuatan candi tidak dalam satu periode.
Berikut adalah bagian-bagian dari Candi Penataran:
a) Halaman depan
Masuk kedalam halaman depan, pintu
gerbang terletak di sisi barat laut kompleks candi, diapit oleh dua arca Dwarapala, penjaga pintu degan angka tahun 1242 Saka atau 1320 Masehi
terpahat pada arca. Masyarakat setempat menyebutnya sebagai Reco Pentung.
Berdasarkan pahatan angka tahun yang ada pada kedua lapik arca tersebut, para
sejarahwan menyimpulkan bahwa bangunan Candi Palah baru diresmikan menjadi
Candi Negara pada masa pemerintahannya Raja Jayanegara dari Majapahit. Sebelah timur kedua arca tersebut terdapat
sisa-sisa pintu gerbang yang terbuat dari batu bata merah.
Bale Agung
Melalui bekas pintu gerbang,
sampailah pada bagian terdepan dari Candi Penataran, Bale Agung. Lokasi
bangunan tersebut terletak di bagian barat laut halaman depan, posisinya
sedikit menjorok ke depan. Bangunan seluruhnya terbuat dari batu, didingnya
masih polos dan memiliki empat buah tangga, dua buah terletak di sisi tenggara,
sehingga bangunan ini terkesan menghadap tenggara. Sedangkan dua buah yang lain
terletak di sisi timur laut dan barat daya terkesan sebagai tangga ke pintu
samping. Pada diding utara dan selatan terdapat dua buah tangga masuk yang
membagi dinding sisi timur menjadi tiga bagian.
Sekeliling tubuh bangunan Bale Agung
dililit oleh ular naga. Kepala ular naga tersembul di bagian kanan dan kiri
bangunan. Masing-masing tangga naik terdapat arca penjaga yang berupa arca
mahakala. Bangunan Bale Agung berukuran panjang 37 meter, lebar 18,84 meter dan
tinggi 1,44 meter. Di atas ada pelataran yang di masing-masing sudutnya ada
umpak-umpak batu yang diperkirakan sebagai penumpu tiang-tiang kayu yang
digunakan untuk atap bangunan. Fungsi bangunan Bale Agung menurut N.J Krom
seperti juga di Bali dipergunakan untuk tempat musyawarah para pendeta atau
pendanda. Dipastikan bale atau pendopo ini pernah dinaungi struktur tiang dan atap dari bahan
organik kayu dan mungkin beratap ijuk atau sirap yang telah lapuk dan musnah.
Pendopo Teras
Lokasi bangunan terletak di sebelah
tenggara bangunan Bale Agung. Pendopo Teras seluruhnya terdiri dari batu,
berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran 29,05 meter x 9,22 meter x 1,5
meter. Diperkirakan Pendopo Teras digunakan sebagai tempat untuk meletakkan
sesaji dalam upacara keagamaan atau tempat peristirahatan raja dan bangsawan
lainnya. Pada sisi barat terdapat dua buah tangga naik yang berupa
undak-undakan, tangga ini tidak berlanjut di dinding bagian timur. Pada
masing-masing sudut tangga masuk di sebelah kiri dan kanan pipi tangga terdapat
arca raksasa kecil bersayap dengan lutut kaki ditekuk pada satu kakinya dan
salah satu tangannya memegang gada. Pipi tangga bagian yang berbentuk ukel
besar berhias tumpal yang indah.
Bangunan Pendopo Teras berangka
tahun 1297 Saka atau 1375 Masehi. Letak pahatan tahun ini agak sulit mencarinya
karena berbaur dengan hiasan yang berupa sulur daun-daunan, lokasinya berada di
pelipit bagian atas dinding sisi timur. Seperti pada Bale Agung, Pendopo Teras
juga dililit teras ular yang ekornya saling berbelitan, kepalanya tersembul ke
atas di antara pilar-pilar bangunan. Kepala ular sedikit mendongak ke atas,
memakai kalung dan berjambul. Pada dinding Pendopo Teras terdapat relief-relief
yang menceritakan kisah tentang Bubhuksah dan Gagang Aking yang di dalam cerita
rakyat dikenal dengan kisah Bela-belu dan Dami aking, Sang Setyawan dan Sri Tanjung.
Candi Angka Tahun
Candi Angka Tahun di kompleks
Penataran
Candi
Angka Tahun berangka tahun 1291 Saka atau 1369 Masehi. Masyarakat Jawa Timur
lebih mengenalnya dengan nama Candi Brawijaya yang merupakan bangunan yang
paling dikenal dalam kompleks Candi Penataran dan juga digunakan sebagai
lambang kodam V Brawijaya. Terkadang ada juga yang menyebutnya Candi Ganesha
karena di dalam bilik candinya terdapat sebuah arca Ganesha. Lokasi candi berada di sebelah tenggara bangunan pendopo
teras dalam jarak sekitar 20 meter. Pintu masuk candi terletak di bagian barat,
pipi tangganya berakhir pada bentuk ukel besar dengan hiasan tumpal yang berupa
bunga-bungaan dalam susunan segitiga sama kaki. Bagian dalam relung candi
terdapat sebuah arca Ganesha dari batu dalam posisi duduk di atas padmasana.
Pada bagian atas bilik candi pada batu penutup cungkup terdapat relief Surya Majapahit yakni lingkaran yang dikelilingi oleh jurai pancaran sinar
yang berupa garis-garis lurus dalam susunan beberapa segitiga sama kaki. Relief
Surya Majapahit juga ditemukan di beberapa candi yang lain di Jawa Timur ini
dalam variasi yang sedikit berbeda sebagai lambang kerajaan.
Candi
Angka Tahun seperti umumnya bangunan-bangunan candi lain, terdiri dari
bagian-bagian yang disebut kaki candi yaitu bagian candi yang bawah, kemudian
tubuh candi, terdapat bilik atau kamar candi (garbagriha) dan kemudian mastaka
atau kemuncak bangunan yang berbentuk kubus. Pada bagian mahkota terdapat
hiasan yang raya dan pada masing-masing dinding tubuh candi terdapat
relung-relung atau ceruk yang berupa pintu semu yang di bagian atasnya terdapat
kepala raksasa kala yang rupanya menakutkan. Kepala makhluk seperti ini disebut
kepala kala yang di Jawa Timur sering disebut Banaspati yang berarti raja
hutan. Penempatan kepala kala di atas relung candi dimaksudkan untuk
menakut-nakuti roh jahat agar tidak berani masuk komplek percandian. Sementara
itu pada sekeliling bangunan ini terdapat sisa-sisa tembok bata yang tinggal
bagian dasarnya dengan pintu masuk di sisi barat laut. Bangunan-bangunan di
halaman pertama ini seluruhnya terbuat dari batu andesit. Kecuali dua buah
pondasi dari bata berdenah persegi panjang, terletak di sebelah timur laut
candi angka tahun ini. Di sebelah kiri candi angka tahun terdapat arca wanita
yang ditafsirkan sebagai arca perwujudan Gayatri Rajapatni.
b) Halaman tengah
Memasuki
halaman kedua dari Candi Penataran, terdapat dua buah arca Dwarapala dalam
ukuran yang lebih kecil dibanding Dwarapala pintu masuk candi. Seperti pada
arca Dwarapala di pintu masuk, Dwarapala ini pun pada lapik arcanya juga terpahat
angka tahun, tertulis tahun 1214 Saka atau 1319 Masehi, setahun lebih tua
dibanding Dwarapala di pintu masuk, juga berasal dari zaman Raja Jayanegara.
Halaman tengah atau halaman kedua ini terbagi menjadi dua bagian oleh tembok
bata yang membujur arah percandian di tengah halaman. Tembok tersebut sekarang
hanya tinggal pondasinya saja yang masih terlihat. Pada bagian timur laut ada
enam buah sisa bangunan dari batu maupun dari bata. Tiga buah tinggal sisanya
berupa pondasi dari bata, dua buah berupa batur dan sebuah lagi berupa candi
tanpa penutup di atasnya. Batur pertama terbuat dari batu bercampur bata dengan
ukuran lebih besar dibanding batur satunya yang khusus terbuat dari batu.
Candi Naga
Relief
gambar dwarapāla (penjaga pintu).
Pada
bagian dalam halaman tengah ini terdapat Candi Naga yang hanya tersisa bagian
kaki dan badan dengan ukuran lebar 4,83 meter, panjang 6,57 meter dan tinggi
4,70 meter. Nama Candi Naga digunakan untuk menamakan bangunan ini karena
sekeliling tubuh candi dililit naga dan disangga tokoh-tokoh berbusana raya
seperti raja sebanyak sembilan buah, masing-masing berada di sudut-sudut
bangunan, bagian tengah ketiga dinding dan di sebekah kiri dan kanan pintu
masuk. Para Batara ini menggambarkan sosok makhluk kahyangan, yaitu para dewa
dilihat berdasarkan dari ciri busana raya dan perhiasan mewah yang
dikenakannya. Salah satu tangannya memegang genta (lonceng upacara) dan tangan
yang lainnya menopang tubuh naga yang melingkar di bagian atas bangunan dalam
keadaan berdiri dan menjadi pilaster bangunan. Masing-masing dinding tubuh
candi dihiasi dengan relief-relief buatan yang disebut dengan motif medalion.
Pintu masuk candi terletak di barat laut dengan pipi tangga berhiaskan tumpal
dengan ukuran lebar 4,83 meter, panjang 6,57 meter dan tinggi 4,70 meter. Di
depan telah disampaikan bahwa gambar naga di sangga 9 orang ini mengisyaratkan
sebuah candrasengkala ”Naga muluk sinangga jalma” yang
berarti angka tahun 1208 Saka atau 1286 M dimasa pemerintahan Kertanegara.
Pondasi bata
Masih
dalam lingkungan halaman tengah, terdapat sebuah pondasi dari bata yang
terkesan menghadap barat daya, diketahui dari bidang menjorok ke sisi barat
daya dan membentuk suatu pintu masuk. Lokasinya terletak di sebelah timur
candi. Bagian barat daya terdapat dua buah sisa bangunan, yaitu sebuah pondasi
dari bata berukuran 10 x 20 meter dan sebuah lagi berdenah bujur sangkar yang
memiliki ciri-ciri sama dengan salah satu pondasi di bagian timur laut. Pada
bagian sudut barat halaman ini terdapat sekumpulan ambang pintu yang terlepas
dari bangunan aslinya. Pada ambang-ambang pintu itu beberapa di antaranya
memuat angka tahun yang masih dapat terbaca dengan jelas, yaitu tahun 1245 Saka,
1294 Saka, 1295 Saka, dan dua buah lagi berangka tahun sama yaitu 1301 Saka.
Ada dua buah arca Dwarapala lagi dengan angka tahun 1242 Saka terletak di pintu
masuk ke halaman ketiga yang mungkin bekas sebuah gapura paduraksa, karena
dekat tempat itu terdapat reruntuhan sebuah pintu yang berangka tahun 1240
Saka.
c) Halaman belakang
Melewati
pintu gerbang paduraksa yang hanya tinggal pondasi dan dijaga dua dwarapala,
sampailah di halaman ketiga terletak di ujung tenggara sebagai bagian paling
belakang dari kompleks candi dan terletak di tanah yang lebih tinggi dari yang
lainnya. Karena adanya anggapan bahwa tempat tersebut merupakan tempat yang
paling sakral. Ada sekitar 9 buah bekas bangunan di halaman ini yang letaknya
tidak beraturan. Dua buah candi yang sudah dapat dikenali adalah bangunan candi
induk dan prasasti Palah berupa linggapala. Sepanjang sisi barat laut terdapat
lima buah sisa bangunan berupa pondasi dan batur dari batu atau bata. Satu
daiantaranya sebuah batur yang terdapat relief-relief cerita candi. Tingginya
sekitar satu meter.
Candi
utama
Bangunan
utama Candi Penataran berbentuk Piramida Berundak.
Pada
halaman ketiga ini terdapat bangunan candi induk yang terdiri dari tiga teras
tersusun dengan tinggi 7,19 meter. Pada masing-masing sisi tangga terdapat dua
arca mahakala, yang pada lapiknya terdapat angka tahun 1269 Saka atau 1347 M.
Sekelling dinding candi pada teras pertama terdapat relief cerita Ramayana. Untuk dapat membacanya harus mengikuti arah prasawiya,
dimulai dari sudut barat laut. Pada teras kedua sekeliling dinding dipenuhi
pahatan relief ceritera Krçnayana yang alur ceriteranya dapat diikuti secara pradaksina (searah jarum jam). Sedangkan di
teras ke tiga berupa relief naga dan singa bersayap. Teras ketiga bentuknya
hampir bujur sangkar, dinding-dindingnya berpahatkan arca singa bersayap dan
naga bersayap. kepalanya sedikit mendongak ke depan sedangkan singa bersayap
kaki belakangnya dakam posisi berjongkok sedang kaki depan diangkat ke atas.
Pada sisi
sebelah barat daya halaman terdapat dua buah sisa bangunan. Sebuah candi kecil
dari batu yang belum lama runtuh yang oleh orang Belanda dulu dinamakan ”klein
heligdom” atau bathara kecil. Nampaknya candi inilah yang mula-mula dibuat
bersamaan dengan parasasti Palah melalui upacara pratistha tersebut. Sebuah
sisa yang lain berupa pondasi dari bata. Kedua sisa bangunan ini menghadap ke
arah barat daya. Sederet dengan sisa kedua bangunan ini berdiri sebuah lingga batu yang disebut Prasasti
Palah. Dalam
area komplek percandian juga terdapat sebuah kolam berangka tahun 1337 Saka
atau 1415 Masehi yang terletak di belakang candi sebelah tenggara dekat aliran
sungai.
2.
Sejarah
Nama asli candi Penataran dipercaya adalah Candi Palah yang disebut dalam prasasti Palah, dibangun
pada tahun 1194 oleh Raja Çrnga (Syrenggra) yang bergelar Sri Maharaja Sri
Sarweqwara Triwikramawataranindita Çrengalancana Digwijayottungadewa yang
memerintah kerajaan Kediri antara tahun 1190 – 1200, sebagai candi gunung untuk
tempat upacara pemujaan agar dapat menangkal atau menghindar dari mara bahaya
yang disebabkan oleh Gunung Kelud yang sering meletus. Kitab Negarakretagama yang ditulis oleh Mpu
Prapanca menceritakan perjalanan Raja Hayam Wuruk,
yang memerintah kerajaan Majapahit antara tahun 1350 – 1389, ke Candi Palah
untuk melakukan pemujaan kepada Hyang Acalapat, perwujudan Siwa sebagai Girindra
(Giri Indra, raja penguasa gunung).
Kesamaan nama Girindra yang disebut pada kitab Negarakretagama dengan
nama Ken Arok
yang bergelar Girindra atau Girinatha menimbulkan dugaan bahwa Candi Penataran
adalah tempat pedharmaan (perabuan) Ken Arok, Girindra juga adalah nama salah
satu wangsa yang diturunkan oleh Ken Arok selain wangsa
Rajasa dan wangsa Wardhana. Sedangkan Hyang Acalapati adalah salah satu
perwujudan dari Dewa Siwa, serupa dengan peneladanan sifat-sifat Bathara Siwa
yang konon dijalankan Ken Arok.
Perhatian terhadap prasasti Palah kembali pada tahun 1286, pada masa
pemerintahan Kertanegara. Beliau mendirikan Candi Naga dengan hiasan
relief naga yang disangga oleh 9 orang sebagai lambang candrasengkala ”Naga
muluk sinangga jalma” atau tahun 1208 Saka.
Pada masa pemerintahan Jayanegara candi Penataran mulai mendapat perhatian
kembali, kemudian dilanjutkan pada masa Tribuanatunggadewi dan Hayam Wuruk.
Pemujaan terhadap Dewa Palah semakin kental diwarnai pemujaan kepada Dewa
Gunung atau Syiwa. Candi Penataran diresmikan sebagai candi negara dengan
status dharma lepas. Sesuai angka tahun yang dipahatkan didinding kolam yaitu
tahun 1337 Saka atau tahun 1415 M merupakan angka tahun termuda di antara
angka-angka tahun yang terdapat di kompleks candi Penataran tersebut. Waktu itu
Majapahit di dalam masa pemerintahan Wikramawardhana.
Semenjak runtuhnya kerajaan Majapahit yang kemudian disusul dengan
masuknya agama Islam di Jawa, banyak bangunan suci yang berkaitan dengan agama
Hindu dan Budha begitu saja ditinggalkan oleh masyarakat penganutnya. Lama
kelamaan bangunan-bangunan suci yang tidak lagi dipergunakan itu dilupakan
orang karena masyarakat sebagian besar telah berganti kepercayaan. Akibatnya
bangunan tersebut menjadi terlantar tidak ada lagi yang mengurusnya, pada
akhirnya tertimbun longsoran tanah dan semak semak belukar.
Candi Penataran ditemukan kembali pada tahun 1815, tetapi sampai tahun
1850 belum banyak dikenal. Penemunya adalah Sir Thomas Stamford Raffles
(1781-1826), Gubernur Jenderal pemerintah kolonial Inggris yang pernah berkuasa
di Nusantara. Seiring berjalannya waktu, kompleks candi Penataran yang
dahulunya sempat terabaikan sekarang mulai mendapatkan perhatian dari
pemerintah dan kemudian dipugar. Kini candi ini menjadi tujuan wisata yang
menarik.
3.
Prasasti Palah
Prasasti
Palah menerangkan bahwa “menandakan Kertajaya berbahagia dengan kenyataan tidak
terjadi sirnanya empat penjuru dari bencana” dari kalimat ”tandhan
krtajayayåhya / ri bhuktiniran tan pariksirna nikang sang hyang catur lurah
hinaruhåra nika”. Rasa senangnya tersebut kemudian beliau curahkan dengan
perintah dibangunnya prasasti yang tertulis dalam sebuah linggapala oleh Mpu
Amogeçwara atau disebut pula Mpu Talaluh. Bangunan tersebut beliau fungsikan
untuk menyembah Bathara Palah, seperti yang tertuang dalam prasasti tersebut
yang beerbunyi “sdangnira Çri Maharaja sanityangkên pratidina i sira paduka
bhatara palah” yang berarti “Ketika beliau Sri Maharaja senantiyasa setiap
hari berada di tempat bathara Palah”.
4.
Relief Candi
Anoman
Diobong
Relief Anoman
Obong bisa ditemui pada dinding Candi Induk Penataran tingkat I. Anoman Obong
adalah salah satu episode pada epik Ramayana, yang menceritakan tentang aksi
Anoman, si kera putih yang sakti, dalam usahanya membebaskan Dewi Shinta dari
cengkeraman Rahwana.
Kresnayana
Relief
Kresnayana bisa ditemui pada dinding Candi Induk Penataran tingkat II. Kisah
ini adalah hasil karya Empu Triguna yang hidup pada masa pemerintahan Raja
Warsajaya dari kerajaan Kediri. Kresnayana berarti “Perjalanan Kresna”,
menceritakan tentang kisah percintaan antara Kresna dan Dewi Rukmini.
Raden Inu Kertapati
Cerita
tentang Raden Inu Kertapati merupakan sebuah cerita yang berasal dari Jawa yang
mula timbulnya pada masa keemasan Kerajaan Majapahit. Bercerita tentang
kepahlawanan dan cinta, dengan dua tokoh utamanya yaitu Raden Inu Kertapati
atau Panji Asmara Bangun (Pangeran dari Kerajaan Daha) dan Dewi Sekartaji atau
Galuh Candra Kirana (putri Kerajaan Jenggala).
Bubhuksah dan Gagang Aking
Relief Bubhuksah
dan Gagang Aking terletak di dinding pendopo teras sisi timur. Tersebutlah
kakak beradik bernama Bubhuksah dan Gagang Aking yang menjalani hidup menjadi
pertapa. Bubhuksah digambarkan bertubuh gemuk, karena dalam pertapaannya ia
memakan apa saja termasuk daging hewan. Sementara Gagang Aking bertubuh kurus
kering karena menjalani pertapaannya dengan penuh penderitaan dan hanya mau
memakan daun-daunan.
Sri Tanjung
Relief kisah
Sri Tanjung bisa ditemui pada dinding teras pendopo. Tersebutlah seorang
ksatria bernama Sidapaksa yang memiliki istri setia yang cantik jelita bernama
Sri Tanjung. Sidapaksa mengabdi kepada Raja Sulakrama di Negeri Sindureja.
Diam-diam sang raja menaruh hati kepada Sri Tanjung yang cantik itu. Oleh
karenanya ia menyusun siasat untuk memisahkan Sri Tanjung dari suaminya.
2.3
Keterkaitan Sektor-sektor dalam Pariwisata
Menurut James
J. Spillane (1987) terdapat lima unsur industri pariwisata yang sangat penting,
yaitu:
1. Attractions (daya tarik)
Attractions
dapat digolongkan menjadi dua yaitu site attractions dan event attractions.
Site attractions merupakan daya tarik fisik yang permanen dengan lokasi yang
tetap seperti kebun binatang, keraton dan museum. Sedangkan event attractions
adalah atraksi yang berlangsung sementara dan lokasinya dapat dipindah dengan
mudah seperti festival, pameran atau pertunjukan kesenian daerah.
2. Facilities (fasilitas-fasilitas yang diperlukan)
Fasilitas
cenderung berorientasi pada daya tarik disuatu lokasi karena fasilitas hares
terletak dengan pasarnya. Selama tinggal ditempat tujuan wisata wisatawan
memerlukan tidur, makan dan minum oleh karena itu sangat dibutuhkan fasilitas
penginapan. Selain itu ada kebutuhan akan support industries seperti toko
souvenir, cuci pakaian, pemandu, dan fasilitas rekreasi.
3. Infrastucture (infrastruktur)
Daya tarik dan
fasilitas tidak dapat dicapai dengan mudah kalau belum ada infrastruktur dasar.
Perkembangan infrastruktur perlu untuk mendorong perkembangan pariwisata.
Infrastruktur dan suatu daerah sebenarnya dinikmati baik oleh wisatwan maupun
masyarakat yang juga tinggal di daerah wisata, maka penduduk akan mendapatkan
keuntungan. Pemenuhan atau penciptaan infrastruktur adalah suatu cara untuk
menciptakan suasana yang cocok bagi perkembangan pariwisata.
4. Transportations (transportasi)
Dalam
pariwisata kemajuan dunia transportasi atau, pengangkutan sangat dibutuhkan
karean sangat menentukan jarak dan waktu dalam suatu perjalanan wisata.
Transportasi baik darat, udara maupun laut merupakan suatu unsur utama langsung
yang merupakan tahap dinamis gejala-gejala pariwisata.
5. Hospitality (keramahtamahan)
Wisatawan yang
berada dalam lingkungan yang tidak mereka kenal memerlukan kepastian jaminan
keamanan khususnya untuk wisatawan asing yang memerlukan gambaran tentang
tempat tujuan wisata yang akan didatangi. Maka kebutuhan dasar akan keamanan
dan perlindungan harus disediakan dan juga keuletan serta kerarnahtamahan
tenaga kerja wisata perlu dipertimbangkan supaya wisatawan merasa aman dan
nyaman selama perjalanan wisata.
Untuk
wisata candi penataran hubungan antar unsure-unsur pariwista masih kurang,
utamanaya antara daya tarik dengan infrastruktur yang ada. Sebagai contoh daya
tarik yang di miliki candi penataran diantaranya adalah keindahan kompleks
candid an sejarahnya, tetapi di lokasi wisata belum ada fasilitas semacam
museum untuk belajar sejarah candi dan tempat foto atau penjual miniature candi
guna mengabadikan momen berharga di lokasi wisata.
2.4
Jenis Pengembangan Pariwisata yang Cocok
Jenis
pengembangan yang cocok untuk Candi Penataran adalah Wisata Budaya dan Wisata
Sejarah. Wisata berbasis budaya
adalah salah satu jenis kegiatan pariwisata
yang menggunakan kebudayaan sebagai objeknya. Pariwisata jenis ini dibedakan
dari minat-minat khusus lain, seperti wisata alam, dan wisata petualangan.
- Bahasa (language).
- Masyarakat (traditions).
- Kerajinan tangan (handicraft).
- Makanan dan kebiasaan makan (foods and eating habits).
- Musik dan kesenian (art and music).
- Sejarah suatu tempat (history of the region)
- Cara Kerja dan Teknolgi (work and technology).
- Agama (religion) yang dinyatakan dalam cerita atau sesuatu yang dapat disaksikan.
- Bentuk dan karakteristik arsitektur di masing-masing daerah tujuan wisata (architectural characteristic in the area).
- Tata cara berpakaian penduduk setempat (dress and clothes).
- Sistem pendidikan (educational system).
- Aktivitas pada waktu senggang (leisure activities).
Namun
beberapa sektor yang dapat dikembangkan di Objek Wisata Candi Penataran antara
lain:
a)
Kerajinan dan Makanan: yaitu dengan
membuka pusat oleh-oleh yang menjual kerajinan dan makanan khas blitar.
b)
Arsitektur : yaitu dengan melakukan
promosi tentang keindahan arsitektur dari Candi Penataran. Bisa juga
diberlakuan peraturan bahwa setiap bangunan yang berada di sekitar kompleks
candi harus bergaya arsitektur seperti candi untuk menarik pengunjung.
c)
Sejarah : yaitu dapat dibangun sebuah
museum yang menceritakan sejarah dari Candi Penataran, atau disediakan pemandu
wisata. Dapat juga dilakukan penceritaan picture and picture dari relief yang
terdapat pada dinding candi.
d)
Kesenian : dengan mengadakan sebuah
pertunjukan drama atau ketoprak atau ludruk yang lakon ceritanya berpusat pada
cerita-cerita yang terdapat pada dinding-dinding candi.
2.5
Kelebihan dan Kekurangan Objek Pariwisata
1.
Kelebihan
a) Sarana
transportasi menuju lokasi wisata mudah
b) Merupakan
kompleks candi terbesar di jawa timur
c) Tiket
masuk tempat wisata murah
d) Menyimpan
banyak cerita sejarah
2.
Kekurangan
a) Sarana
dan prasarana kurang
b) Kurangnya
promosi
c) Kurang
adanya perhatian dari pemerintah dan masyarakat untuk pengembangan objek wisata
2.6
Solusi dan masalah yang ada pada objek pariwisata
a)
Masalah perijinan dari masyarakat
sekitar untuk pembangunan pengembangan kompleks Candi Penataran. Bisa diberikan
solusi dengan jalan pendekatan dari pihak pemerintak dan musyawarah kepada
masyarakat setempat.
b)
Masalah Modal pengembangan, yaitu
sulitnya mencari investor guna menunjang rencana pembangunan lobjek wisata di
sekitar candi. Bisa diberikan solusi dengan menggaet investor asing yang cinta
terhadap sejarah.
c)
Kurangnya ahli sejarah di daerah tempat
wisata, bisa diberikan solusi dengan memberikan les atau pembelajaran tentang
sejarah candi dengan disertai kemampuan guiding.
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
1.
Candi
Penataran merupakan satu-satunya candi terluas di Jawa Timur. Lokasinya
terletak di desa Penataran, kecamatan Nglegok, Blitar. Tepatnya di lereng barat
daya Gunung Kelud pada ketinggian 450 meter di atas permukaan air laut.
2.
Daya
Tarik yang dimiliki oleh Candi Penataran Antara lain Keindahan Kompleks candi,
relief dan sejarah
3.
Jenis pengembangan yang cocok untuk
Candi Penataran adalah Wisata Budaya dan Wisata Sejarah. Wisata berbasis budaya adalah salah
satu jenis kegiatan pariwisata yang menggunakan kebudayaan sebagai
objeknya. Pariwisata jenis ini dibedakan dari minat-minat khusus lain, seperti wisata alam,
dan wisata petualangan
3.2
Saran
Sebagai
situs warisan budaya, Candi Penataran menyimpan banyak cerita sejarah tentang
kebudayaan masyarakat blitar. Karena itu usaha pelestarian harus tetap
dlakukan.
DAFTAR
PUSTAKA
Lanang,
Damar. 2010 . Sejarah Puri Pemecutan : Candi Penataran. http://sejarah-puri-pemecutan.blogspot.com/2010/01/candi-penataran.html.
(akses 11 Oktober 2014)
Saputro,
Dwi Angga. 2013. Kegiatan Napak Tilas Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
2013/2014. http://anggadwisaputro.blogspot.com/2013/11/contoh-karya-tulis-ilmiah.html.
(akses 11 Oktober 2014)
Wikipedia.Candi
penataran, (online) http://id.wikipedia.org/wiki/Candi_Penataran.
(akses 11 Oktober 2014)
0 komentar:
Posting Komentar