BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Gunng Semeru merupakan gunung
tertinggi dai Pulau Jawa. Gunung semeru menyimpan banyak keindahan, sehingga
mampu menarik wisatawan baik luar negeri maupun domestik. Melihat potensi yang
dimiliki Gunung Semeru sebagai dstinasi wisata yang cukup diminati perlu
dilakukan pengembangan guna meningkatkan pendapatan. Namun di sisi lain masih
banyak masalah-masalah yang perlu dibahas dalam pengembangannya. Karena itulah
perlu dibuat makalah ini dengan harapan bisa ditemukan model pengembangan
pariwisata yang cocok untuk Gunung Semeru.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Bagaimana deskripsi objek pariwisata?
2.
Daya tarik apa yang dimiliki objek
pariwisata?
3.
Bagaimana keterkaitan sektor-sektor
dalam pariwisata?
4.
Cocok dikembangkan menjadi pariwisata apa?
5.
Apa kelebihan dan kekurangan objek
pariwisata?
6.
Apa solusi dan masalah yang ada pada
objek pariwisata?
1.3 Tujuan
1.
Untuk mengetahui deskripsi objek
pariwisata.
2.
Untuk mengetahui daya tarik apa yang
dimiliki objek pariwisata.
3.
Untuk mengetahui keterkaitan sektor-sektor
dalam pariwisata?
4.
Untuk mengetahui cocok dikembangkan
menjadi pariwisata apa?
5.
Untuk mengetahui kelebihan dan
kekurangan objek pariwisata?
6.
Untuk mengetahui solusi dan masalah yang
ada pada objek pariwisata?
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Deskripsi Objek Pariwisata
Gunung Semeru atau Sumeru adalah gunung
berapi tertinggi di Pulau Jawa, dengan puncaknya Mahameru, 3.676 meter dari
permukaan laut (mdpl). Kawah di puncak Gunung Semeru dikenal dengan nama
Jonggring Saloko. Semeru mempunyai kawasan hutan Dipterokarp
Bukit, hutan Dipterokarp Atas,
hutan Montane, dan Hutan Ericaceous atau hutan
gunung. Posisi gunung ini terletak di antara wilayah administrasi Kabupaten
Malang dan Lumajang, dengan posisi geografis antara 8°06' LS
dan 120°55' BT. Pada tahun 1913 dan 1946 Kawah Jonggring
Saloka memiliki kubah dengan ketinggian 3.744,8 m hingga akhir November 1973. Disebelah
selatan, kubah ini mendobrak tepi kawah menyebabkan aliran lava mengarah ke
sisi selatan meliputi daerah Pronojiwo dan Candipuro di Lumajang.
Secara umum
iklim di wilayah gunung Semeru termasuk type iklim B (Schmidt dan Ferguson)
dengan curah hujan 927 mm - 5.498 mm per tahun dengan jumlah hari hujan 136
hari/tahun dan musim hujan jatuh pada bulan November - April. Suhu udara
dipuncak Semeru berkisar antara 0 - 4 derajat celsius.
Suhu
rata-rata berkisar antara 3°c - 8°c pada malam dan dini hari, sedangkan pada
siang hari berkisar antara 15°c - 21°c. Kadang-kadang pada beberapa daerah
terjadi hujan salju kecil yang terjadi pada saat perubahan musim hujan ke musim
kemarau atau sebaliknya. Suhu yang dingin disepanjang rute perjalanan ini bukan
semata-mata disebabkan oleh udara diam tetapi didukung oleh kencangnya angin
yang berhembus ke daerah ini menyebabkan udara semakin dingin.
2.2
Daya Tarik yang dimiliki Objek Pariwisata
Taman
Nasioal
Gunung ini
masuk dalam kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.
Taman Nasional ini terdiri dari pegunungan dan lembah seluas 50.273,3 Hektar.
Terdapat beberapa gunung di dalam Kaldera Gn.Tengger antara lain; Gn.Bromo
(2.392m) Gn. Batok (2.470m) Gn.Kursi (2,581m) Gn.Watangan (2.662m) Gn.Widodaren
(2.650m). Terdapat empat buah danau (ranu): Ranu Pani, Ranu Regulo, Ranu
Kumbolo dan Ranu Darungan.
Flora yang
berada di wilayah Gunung Semeru beraneka ragam jenisnya tetapi banyak didominir
oleh pohon cemara, akasia,
pinus, dan jenis Jamuju.
Sedangkan untuk tumbuhan bawah didominir oleh Kirinyuh, alang-alang,
tembelekan,
harendong
dan Edelwiss putih, Edelwiss yang banyak terdapat di lereng-lereng menuju
puncak Semeru. Dan juga ditemukan beberapa jenis anggrek endemik yang hidup
di sekitar Semeru Selatan.
Banyak fauna
yang menghuni gunung Semeru antara lain : macan
kumbang, budeng, luwak, kijang, kancil, dll.
Sedangkan di Ranu Kumbolo terdapat belibis yang masih hidup liar.
Pendakian
ke Puncak Semeru
Diperlukan
waktu sekitar empat hari untuk mendaki puncak gunung Semeru pergi-pulang. Untuk
mendaki gunung dapat ditempuh lewat kota Malang
atau Lumajang.
Dari terminal Kota Malang naik angkutan umum menuju desa Tumpang.
Disambung lagi dengan jeep
atau truk/pickup yang banyak terdapat di belakang pasar terminal Tumpang
dengan biaya per orang Rp20.000,00 hingga Pos Ranu Pani. Sebelumnya mampir di
Gubugklakah untuk memperoleh surat izin, dengan perincian, biaya surat izin
Rp6.000,00 untuk maksimal 10 orang, Karcis masuk taman Rp2.000,00 per orang,
Asuransi per orang Rp2.000,00
Dengan
menggunakan truk sayuran atau jip perjalanan dimulai dari Tumpang menuju Ranu
Pani, desa terakhir di kaki semeru. Di sini terdapat Pos pemeriksaan, terdapat
juga warung dan pondok penginapan. Bagi pendaki yang membawa tenda dikenakan
biaya Rp 20.000,00/tenda dan apabila membawa kamera juga dikenakan biaya Rp
5.000,00/buah. Di pos ini pun dapat mencari portir (warga lokal untuk membantu
menunjukkan arah pendakian, mengangkat barang dan memasak). Pendaki juga dapat
bermalam di Pos penjagaan. Di Pos Ranu Pani juga terdapat dua buah danau yakni Ranu Pani
(1 ha) dan Ranu Regulo (0,75 ha).
Terletak pada ketinggian 2.200 mdpl.
Setelah
sampai di gapura
"selamat datang", memperhatikan terus ke kiri ke arah bukit, tapi
jangan mengikuti jalanan yang lebar ke arah kebun penduduk. Selain jalur yang
biasa dilewati para pendaki, juga ada jalur pintas yang biasa dipakai para
pendaki lokal, jalur ini sangat curam. Jalur awal landai, menyusuri lereng
bukit yang didominasi dengan tumbuhan alang-alang. Tidak ada tanda penunjuk
arah jalan, tetapi terdapat tanda ukuran jarak pada setiap 100 m. Banyak
terdapat pohon tumbang, dan ranting-ranting di atas kepala.
Setelah
berjalan sekitar 5 km menyusuri lereng bukit yang banyak ditumbuhi bunga edelweis, lalu
akan sampai di Watu Rejeng. Di sini terdapat batu terjal yang sangat indah.
Pemandangan sangat indah ke arah lembah dan bukit-bukit, yang ditumbuhi hutan cemara dan pinus. Kadangkala
dapat menyaksikan kepulan asap dari puncak semeru. Untuk menuju Ranu
Kumbolo masih harus menempuh jarak sekitar 4,5 km.
Ranu
Kumbolo
Di Ranu
Kumbolo dapat didirikan tenda. Juga terdapat pondok pendaki (shelter). Terdapat
danau dengan air yang bersih dan memiliki pemandangan indah terutama di pagi
hari dapat menyaksikan matahari terbit disela-sela bukit. Banyak terdapat ikan,
kadang burung belibis
liar. Ranu Kumbolo berada pada ketinggian 2.400 m dengan luas 14 ha.
Dari Ranu
Kumbolo sebaiknya menyiapkan air sebanyak mungkin. Meninggalkan Ranu Kumbolo
kemudian mendaki bukit terjal, dengan pemandangan yang sangat indah di belakang
ke arah danau. Di depan bukit terbentang padang rumput yang
luas yang dinamakan oro-oro ombo. Oro-oro ombo dikelilingi bukit dan gunung
dengan pemandangan yang sangat indah, padang rumput luas dengan lereng yang
ditumbuhi pohon pinus seperti di Eropa. Dari balik Gn. Kepolo tampak puncak Gn.
Semeru menyemburkan asap wedus gembel.
Selanjutnya
memasuki hutan cemara di mana kadang dijumpai burung dan kijang. Daerah ini
dinamakan Cemoro Kandang. Pos Kalimati berada pada ketinggian 2.700 m, disini
dapat mendirikan tenda untuk beristirahat. Pos ini berupa padang rumput luas di
tepi hutan cemara, sehingga banyak tersedia ranting untuk membuat api unggun. Terdapat
mata air Sumber Mani, ke arah barat (kanan) menelusuri pinggiran hutan Kalimati
dengan menempuh jarak 1 jam pulang pergi. Di Kalimati dan di Arcopodo banyak
terdapat tikus gunung.
Untuk menuju
Arcopodo berbelok ke kiri (Timur) berjalan sekitar 500 meter, kemudian berbelok
ke kanan (Selatan) sedikit menuruni padang rumput Kalimati. Arcopodo berjarak 1
jam dari Kalimati melewati hutan cemara yang sangat curam, dengan tanah yang
mudah longsor dan berdebu. Dapat juga berkemah di Arcopodo, tetapi kondisi
tanahnya kurang stabil dan sering longsor. Sebaiknya menggunakan kacamata dan
penutup hidung karena banyak abu beterbangan. Arcopodo berada pada ketinggian
2.900m, Arcopodo adalah wilayah vegetasi terakhir
di Gunung Semeru, selebihnya akan melewati bukit pasir.
Dari
Arcopodo menuju puncak Semeru diperlukan waktu 3-4 jam, melewati bukit pasir
yang sangat curam dan mudah merosot. Sebagai panduan perjalanan, di jalur ini
juga terdapat beberapa bendera segitiga kecil berwarna merah. Semua barang
bawaan sebaiknya tinggal di Arcopodo atau di Kalimati. Pendakian menuju puncak
dilakukan pagi-pagi sekali sekitar pukul 02.00 pagi dari Arcopodo.Siang hari
angin cendurung ke arah utara menuju puncak membawa gas beracun dari Kawah
Jonggring Saloka. Pendakian sebaiknya dilakukan pada musim kemarau yaitu bulan
Juni, Juli, Agustus, dan September. Sebaiknya tidak mendaki pada musim hujan
karena sering terjadi badai dan tanah longsor.
Legenda Gunung Semeru
Menurut
kepercayaan masyarakat Jawa yang ditulis pada kitab kuna Tantu
Pagelaran yang berasal dari abad ke-15,
pada dahulu kala Pulau Jawa mengambang di lautan luas, terombang-ambing dan
senantiasa berguncang. Para Dewa memutuskan untuk memakukan Pulau Jawa dengan
cara memindahkan Gunung Meru
di India ke atas Pulau Jawa.
Dewa Wisnu menjelma
menjadi seekor kura-kura raksasa menggendong gunung itu dipunggungnya,
sementara Dewa Brahma
menjelma menjadi ular panjang yang membelitkan tubuhnya pada gunung dan badan
kura-kura sehingga gunung itu dapat diangkut dengan aman.
Dewa-Dewa
tersebut meletakkan gunung itu di atas bagian pertama pulau yang mereka temui,
yaitu di bagian barat Pulau Jawa. Tetapi berat gunung itu mengakibatkan ujung
pulau bagian timur terangkat ke atas. Kemudian mereka memindahkannya ke bagian
timur pulau Jawa. Ketika gunung Meru dibawa ke timur, serpihan gunung Meru yang
tercecer menciptakan jajaran pegunungan di pulau Jawa yang memanjang dari barat
ke timur. Akan tetapi ketika puncak Meru dipindahkan ke timur, pulau Jawa masih
tetap miring, sehingga para dewa memutuskan untuk memotong sebagian dari gunung
itu dan menempatkannya di bagian barat laut. Penggalan ini membentuk Gunung
Pawitra, yang sekarang dikenal dengan nama Gunung Pananggungan, dan bagian
utama dari Gunung Meru, tempat bersemayam Dewa Shiwa, sekarang dikenal dengan
nama Gunung Semeru. Pada saat Sang Hyang Siwa datang ke pulau
jawa dilihatnya banyak pohon Jawawut, sehingga pulau tersebut dinamakan Jawa.
Lingkungan
geografis pulau Jawa dan Bali memang cocok dengan lambang-lambang agama Hindu. Dalam
agama Hindu ada kepercayaan tentang Gunung Meru, Gunung Meru
dianggap sebagai rumah tempat bersemayam dewa-dewa dan sebagai sarana
penghubung di antara bumi (manusia) dan Kayangan. Banyak masyarakat Jawa dan
Bali sampai sekarang masih menganggap gunung sebagai tempat kediaman Dewata, Hyang, dan mahluk
halus.
Menurut
orang Bali Gunung Mahameru dipercayai sebagai Bapak Gunung Agung di Bali dan
dihormati oleh masyarakat Bali. Upacara sesaji kepada para dewa-dewa Gunung
Mahameru dilakukan oleh orang Bali. Betapapun upacara tersebut hanya dilakukan
setiap 8-12 tahun sekali hanya pada waktu orang menerima suara gaib dari dewa
Gunung Mahameru. Selain upacara sesaji itu orang Bali sering datang ke daerah
Gua Widodaren untuk mendapat Tirta suci.
2.3
Keterkaitan Sektor-sektor dalam Pariwisata
Menurut James
J. Spillane (1987) terdapat lima unsur industri pariwisata yang sangat penting,
yaitu:
1. Attractions (daya tarik)
Attractions
dapat digolongkan menjadi dua yaitu site attractions dan event attractions.
Site attractions merupakan daya tarik fisik yang permanen dengan lokasi yang
tetap seperti kebun binatang, keraton dan museum. Sedangkan event attractions
adalah atraksi yang berlangsung sementara dan lokasinya dapat dipindah dengan
mudah seperti festival, pameran atau pertunjukan kesenian daerah.
2. Facilities (fasilitas-fasilitas yang diperlukan)
Fasilitas
cenderung berorientasi pada daya tarik disuatu lokasi karena fasilitas hares
terletak dengan pasarnya. Selama tinggal ditempat tujuan wisata wisatawan
memerlukan tidur, makan dan minum oleh karena itu sangat dibutuhkan fasilitas
penginapan. Selain itu ada kebutuhan akan support industries seperti toko
souvenir, cuci pakaian, pemandu, dan fasilitas rekreasi.
3. Infrastucture (infrastruktur)
Daya tarik dan
fasilitas tidak dapat dicapai dengan mudah kalau belum ada infrastruktur dasar.
Perkembangan infrastruktur perlu untuk mendorong perkembangan pariwisata.
Infrastruktur dan suatu daerah sebenarnya dinikmati baik oleh wisatwan maupun
masyarakat yang juga tinggal di daerah wisata, maka penduduk akan mendapatkan
keuntungan. Pemenuhan atau penciptaan infrastruktur adalah suatu cara untuk
menciptakan suasana yang cocok bagi perkembangan pariwisata.
4. Transportations (transportasi)
Dalam pariwisata
kemajuan dunia transportasi atau, pengangkutan sangat dibutuhkan karean sangat
menentukan jarak dan waktu dalam suatu perjalanan wisata. Transportasi baik
darat, udara maupun laut merupakan suatu unsur utama langsung yang merupakan
tahap dinamis gejala-gejala pariwisata.
5. Hospitality (keramahtamahan)
Wisatawan yang
berada dalam lingkungan yang tidak mereka kenal memerlukan kepastian jaminan
keamanan khususnya untuk wisatawan asing yang memerlukan gambaran tentang
tempat tujuan wisata yang akan didatangi. Maka kebutuhan dasar akan keamanan
dan perlindungan harus disediakan dan juga keuletan serta kerarnahtamahan
tenaga kerja wisata perlu dipertimbangkan supaya wisatawan merasa aman dan
nyaman selama perjalanan wisata.
2.4
Jenis Pengembangan Pariwisata yang Cocok
Wisata olah
raga adalah kegiatan wisata yang dilakukan dengan melakukan aktivitas olah raga
yang menyenangkan, umumnya dilakukan di kawasan obyek wisata. Wisata olah raga
merupakan salah satu jenis kegiatan wisata yang perkembangannya cukup pesat di
negara kita, khususnya di kawasan obyek wisata pantai ternama semisal Bali,
Lombok dan Anyer. Jenis kegiatan wisata yang masuk dalam kategori kegiatan
wisata olah raga misalnya; Arung Jeram, Paralayang, Ski air, Memancing, renang,
bilyard, golf dan lain-lain. Pariwisata
ini dapat dibagi lagi menjadi dua kategori:
a. Big sports
events, yaitu peristiwa-peristiwa olahraga besar seperti Olympiade Games,
kejuaraan ski dunia, kejuaraan tinju dunia, dan lain-lain yang menarik
perhatian bagi penonton atau penggemarnya.
b.
Sporting
tourism of the Practitioners, yaitu pariwisata olahraga bagi mereka yang ingin
berlatih dan mempraktekkan sendiri seperti pendakian gunung, olahraga naik
kuda, berburu, memancing dan lain-lain.
2.5
Solusi dan masalah yang ada pada objek pariwisata
1.
Masalah sampah di lokasi wisata semeru :
dapat diberlakuan larangan membawa barang-barang tertentu yang berpotensi
menjadikan sampah.
2.
Masalah rusaknya jalur : dengan
melakukan perbaikan dan perawatan secara terus menerus agar jalur pendakian
tidak rusak.
3.
Masalah jumlah pendaki yang melebihi
kapasitas : dengan membatasi jumlah pendaki yang ingin naik.
4.
Masalah rusaknya lingkungan : Dengan
memberikan papan-papan peringatan, dengan memberikan sangsi dan petugas
keamanan.
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Gunung Semeru atau Sumeru adalah gunung
berapi tertinggi di Pulau Jawa, dengan puncaknya Mahameru, 3.676 meter dari
permukaan laut (mdpl). Kawah di puncak Gunung Semeru dikenal dengan nama
Jonggring Saloko. Semeru mempunyai kawasan hutan Dipterokarp
Bukit, hutan Dipterokarp Atas,
hutan Montane, dan Hutan Ericaceous atau hutan
gunung. Posisi gunung ini terletak di antara wilayah administrasi Kabupaten
Malang dan Lumajang, dengan posisi geografis antara 8°06' LS
dan 120°55' BT. Pada tahun 1913 dan 1946 Kawah Jonggring
Saloka memiliki kubah dengan ketinggian 3.744,8 m hingga akhir November 1973. Disebelah
selatan, kubah ini mendobrak tepi kawah menyebabkan aliran lava mengarah ke
sisi selatan meliputi daerah Pronojiwo dan Candipuro di Lumajang.
Gunung ini
masuk dalam kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.
Taman Nasional ini terdiri dari pegunungan dan lembah seluas 50.273,3 Hektar.
Terdapat beberapa gunung di dalam Kaldera Gn.Tengger antara lain; Gn.Bromo
(2.392m) Gn. Batok (2.470m) Gn.Kursi (2,581m) Gn.Watangan (2.662m) Gn.Widodaren
(2.650m). Terdapat empat buah danau (ranu): Ranu Pani, Ranu Regulo, Ranu
Kumbolo dan Ranu Darungan.
3.2
Saran
Meskipun menyajikan
berbagai keindahan, namun Semeru tetaplah sebuah gunung berapi, gnung berapi
yang selalu menyimpan bahaya didalamnya. Karena itu haruslah berhati-hati
apabila hendak berwisata ke Semeru.
DAFTAR
PUSTAKA
Saputro,
Dwi Angga. 2013. Kegiatan Napak Tilas Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
2013/2014. http://anggadwisaputro.blogspot.com/2013/11/contoh-karya-tulis-ilmiah.html.
(akses 19 Oktober 2014)
Wikipedia.Gunung
Semeru, (online) http://id.wikipedia.org/wiki/Gunung+Semeru.
(akses 19 Oktober 2014)
0 komentar:
Posting Komentar